Wednesday, November 16, 2011

My Thanks to Them

Rasanya baru kemarin aku masuk ke sekolahku. Aku mendaftarkan diri sebagai MPK OSIS 2009/2010. Mengikuti semua prosedur mulai dari pengumpulan berkas yang pas hari H baru aku kumpulkan, ikut tes tertulis sepulang sekolah dan masih malu-malu untuk maju, ikut tes wawancara yang melelahkan sampai harus lari-lari dari satu pos ke pos lain plus kena semprot dari senior, kemudian ikut pra-LDK dan LDK yang tugasnya menggunung. Setelah itu aku dilantik dan kakak kelasku menerima amanah sebagai ketua. Waktu itu aku mengajukan diri sebagai sekretaris 2 tapi entah mengapa setelah pertimbangan yang rumit (menurutku,) aku naik sebagai wakil ketua. Aku tidak tahu kalau akan seperti ini akhirnya. Itulah awal perjalananku.

Aku naik kelas 2 dan merasa sudah cukup dengan semua pengalaman organisasi di MPK OSIS. Aku berniat untuk tidak melanjutkannya di tahun depan. Allah punya rencana lain. Melalui ketuaku, aku dicalonkan sebagai penerusnya di tahun 2010/2011. Awalnya aku menolak namun sepertinya apa yang aku pikirkan tidak sama dengannya. Dia mencari pendukung untuk menaikkanku di tahun depan. Akhirnya dengan sedikit merelakan hati, aku menerimanya. Tentu saja dengan air mata karena aku memang tidak siap walau sudah dipersiapkan.

Proses yang aku jalani tahun lalu dengan 2 tahun yang lalu sangat berbeda. Jika 2 tahun yang lalu fisik dan mentalku diuji, di tahun mendatang aku diuji tentang sikap, keorganisasian dan kewibawaanku sebagai seorang pemimpin. Sangat menyenangkan dua tahun aku berorganisasi.

Hari ini semua itu tidak terjadi kepadaku. Aku berubah peran menjadi senior untuk juniorku dalam mengatur prosedur seleksi MPK OSIS 2011/2012. Aku sangat senang karena pada akhirnya akan ada orang yang menggantikan posisiku. Namun aku sedih karena inilah tahun terakhir aku sebagai pemimpin di SMA. Aku sedih karena aku tidak akan bisa merasakan hal yang sama untuk ke depannya di masa depanku nanti.

Banyak yang harus dikorbankan ketika kau memilih suatu perkara. Kau harus terima dengan segala konsekuensi yang ada, baik positif maupun negatif untukmu. Aku merasakannya dan itu hal yang berat untukku.

Aku tidak sendirian di dalam organisasi itu. 14 orang temanku membantuku sejak kami masuk pertama kali di MPK OSIS. Ditambah dengan 9 orang teman baru di MPK OSIS membuat aku menjadi semakin bersyukur bisa tumbuh di kalangan orang-orang hebat seperti mereka. Belum pernah selama 16 tahun aku hidup di dunia ini bertemu orang-orang seperti mereka. Ini yang pertama kali.

Terima kasih kawan, kalian sudah mau mendukungku baik dalam keadaan susah maupun senang. Terima kasih atas segala kontribusi dan pengorbanan kalian. Aku senang bisa memimpin orang-orang hebat seperti kalian. Semoga kita semua bisa menjadi kebanggaan untuk semua orang yang kita kenal. Terima kasih atas 3 tahun berharga di SMA. Mungkin aku harus menarik kata-kataku dulu ^_^

Kamsahamnida, chingu…

Tuesday, November 8, 2011

Am I really Love School?

Am I really love school?? Ah~ I do not know about that. It’s very hard for me to say yes if it’s true. But, I don’t like it. Sekolah seperti rumah pertamaku dibanding rumahku yang sebenarnya. It’s going to be crazy at all. Duniaku terasa terbalik. I need school than my home, my own room!! Sejak TK sampai sekarang SMA kadar keberadaanku di sekolah jauh lebih banyak dibandingkan di rumah. Kadang, rumah hanya sebagai tempat untuk makan dan numpang tidur. Aktivitas? Ya di sekolah.
Ketika TK orangtuaku bekerja makanya aku dititipkan di TPA yang emang kebetulan sama tempatnya dengan sekolah. Jam 7 pagi aku diantar ke sekolah dan baru selesai jam 12 siang. Sementara menunggu TPA mulai jam 3, aku harus tidur siang untuk mengisi waktu luang. Tapi sayangnya aku bukan anak yang penurut. Aku dan temanku, Sarah, kadang dengan temanku yang lain seperti Nita, Pandu, Ian, dan yang lainnya, malah bermain di taman. Main ayunan-lah, perosotan, enjot-ejotan (baca: jungkat-jungkit), main putri-putrian, masak-masakan, main gambar-gambaran di papan tulis hitam menggunakan kapur berwarna-warni, dan lain sebagainya. Kadang guruku – biasanya sih dipanggil bunda – marah-marah kalo kami sudah seperti itu. Bahkan, walau sudah mau tidur, kami tetap berbisik-bisik sambil cekikikan ga jelas. Terus kalo bunda nongol kepalanya dari pintu, kami langsung pura-pura tidur biar ga dimarahin. Sungguh kekonyolan yang amat luar biasa…
Tidak hanya di TK, aku juga dimasukkan ke dalam SDIT full day yang terlihat dari namanya saja sudah ketahuan bahwa belajar seharian penuh. Full day bukan diartikan kalo kami belajar seminggu penuh, (gila!) tapi seharian penuh mulai jam 7.30 – ba’da ashar. Bukan aku namanya kalo ke sekolah cuma buat belajar. Aku dan teman-temanku belajar cuma beberapa jam dan sisanya main-main. Main polisi-polisian (padahal udah mau UASBN), nyari biji-biji meletup kalo dimasukin ke air, main vampir-vampiran dan hal yang ga kalah konyol lainnya dibanding ketika TK.
Nah, masuk SMP aku mulai ketagihan sama sekolah. Aku dimasukin lagi ke SMPIT full day. Huahahaha… aku masuk ke OSIS dan di sinilah puncaknya aku menyatakan bahwa school is my home!! Aku berangkat dari rumah jam 6 dan baru pulang jam 6 sore. Bahkan ketika aku kelas 3, aku dan teman-temanku “belajar” sepulang sekolah untuk UN. Tentu saja diselingi dengan main-main. Belajarnya cuma dari jam 4 sore sampai jam 5 sore. Sisanya kami main sampe mau isya. Khe khe khe…
Untuk mencapai sekolahku yang sekarang, dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan dari rumah. Berasa banget capeknya… ditambah aku yang aktif (jiaah… bahasanya..) di organisasi manapun di sekolah membuatku semakin menjadi-jadi mengatakan bahwa school is my home. Huuaaah… badan remuk, rasa lapar yang luar binasa, ngantuk yang ga ketulungan, dan lain-lain perasaan itu muncul ketika aku SMA. Bahkan ketika libur pun aku masih masuk untuk ngurusin suatu hal. Contohnya, orang-orang pada seneng-seneng libur sekolah, melanglang buana ke mana-mana, tujuanku hanya satu, sekolah yang berada di ujung berung itu. Hhh… tapi bener lho, kata-kata bahwa aku diselamatkan oleh amanah itu benar. Buktinya, aku dihindarkan dari beribu kegiatan ga berguna yang “mungkin” biasa teman-teman lakukan ketika libur. Nonton tv, makan, tidur. Begitu berulang-ulang. Yaah… walau capek, tapi itu semua terbayar dengan pengalaman yang ada.
Oke, mungkin kata-kata school is my home bisa dijadikan predikat yang sudah melekat padaku. Aku selalu menjadi orang terakhir yang keluar dari sekolah (bersih-bersih maksudnya?).
Chau… itu saja yang bisa kukatakan sekarang. Mengisi kekosongan menunggu teman-temanku datang latihan karate.
Daah… ^o^

Sunday, November 6, 2011

Pesan Kakak untuk Adiknya

Sabtu 5 November 2011 pukul 15.30. Hari ini genap sudah aku resmi melepas dua jabatanku, ketua MPK dan kaput Rohis. Keduanya aku iringi dengan air mata yang menunjukkan bahwa aku belum siap berpisah dengan kalian dan khawatir bagaimana keduanya akan berjalan nanti. Tapi aku yakin Allah selalu bersama dengan mereka. Aku yakin mereka tahu apa yang harus aku lakukan. Walau mungkin sementara aku harus fokus dengan belajar untuk tahun terakhir, aku sudah janji dengan mereka akan membantu semampuku.
Hei, adik-adik, aku pernah merasakan apa yang kalian rasakan. Itu adalah hal tersulit bagiku untuk menerima keduanya secara bersamaan. Rasa sepi, sedih dan senang sudah kurasakan setahun belakangan. Dan itu merupakan pengalaman yang paling berharga yang aku punya. Suatu saat kau akan merasakan bagaimana teman-temanmu lebih memprioritaskan diri mereka dibandingkan organisasi kalian. Sakit. Lebih sakit daripada diputuskan oleh kekasih.
Tapi aku percaya bahwa Allah masih sama aku. Aku terus berada dekat dengan-Nya, baik malam maupun siang. Aku takut tanpa-Nya aku ga bisa ngapa-ngapain. Aku terasa kering tanpa-Nya. Itulah salah satu faktor aku merasa beruntung menjadi pemimpin, aku bisa selalu dekat dan mau dekat dengan-Nya.
Justru saat-saat seperti inilah yang aku khawatirkan. Aku takut aku menjadi semakin jauh dengan-Nya ketika aku tanpa amanah. Aku takut menjadi seperti orang yang hanya duniawi oriented. Itu hal yang mengerikan untukku. Karena amanah sudah menjagaku.
Ada saat di mana perasaan kalian akan dipermainkan oleh semua orang disekelilingmu. Setidaknya itu yang aku rasakan satu tahun itu. Ada saat di mana kalian harus mengontrol semua emosi yang bisa dibilang sudah mau luber. Ada saat di mana kalian harus kuat di depan teman-teman kalian. Aku sudah merasakan itu, dik.
Sekarang roda itu berputar. Aku harus turun dan kalian harus naik menggantikanku. Jadilah pemimpin teman-teman kalian menuju akhirat. Jadilah seorang pemimpin yang tanpanya tidak akan ada yang bisa menggantikan. Jadilah sosok kakak, orangtua dan guru dihadapan teman-teman kalian. Jadikanlah kasih sayang sebagai pengobat rasa sakit teman-temanmu, dan jadikanlah agamamu sebagai dasar dari semua keputusanmu. Insya Allah aku yakin kalian lebih baik dari aku.
Semangat, adikku sayang, semoga Allah selalu menyertai kalian. >o<

It's not as beautiful as before

Bumiku tak seperti dulu. Indah, menyenangkan untuk dirasakan dan dilihat. Ketika perjalanan pulang dari sekolah naik angkot, hujan turun namun cuaca sedang bermatahari. Aku pikir akan ada pelangi nanti. Lama kutunggu dari balik jendela besar angkot, ternyata itu sebuah pengingkaran.

Dulu ketika aku kelas 1 SMA, tak jarang aku melihat pelangi. Karena aku masuk siang, ketika sore hari sehabis hujan, aku dan teman-temanku bisa melihat pelangi yang sangat indah. Kadang ada 2 pelangi sekaligus. Aku tersenyum melihat keindahan itu dan langsung berputar memoriku semasa kecil. Waktu itu, sebelum kakek meninggal, kami melihat pelangi yang sangat indah dari dekat di halaman rumahku. Aku, kakekku, adikku dan ummi. Kakek menceritakan tentang Jaka Tarub yang mencuri selendang dari para bidadari yang sedang mandi. Yaa.. itulah mitos yang sejak dulu selalu diceritakan.

Selain pelangi, awan di langit juga tak kalah indah. Tak hanya di langit biru. Bahkan awan mendung di langit yang hitam pun sangat menarik untuk dilihat. Apalagi ketika ada angin sepoi-sepoi yang sejuk menampar mukaku. Aduuh.. itu keren banget!!! Rasanya, masih bisa kurasakan sekarang…

Tak jarang aku melihat awan dengan bentuk-bentuk aneh dan lucu. Ada yang seperti dinosaurus, pulau aneh, nenek sihir, kuda nil, roti croissant atau apapun sesuai imajinasi masing-masing.


Tapi bandingkan dengan sekarang. Semua itu perlahan menghilang dari mataku. Aku benci mengakui bahwa Bumi sudah tua. Aku benci mengakui bahwa aku termasuk dari sekian milyar orang di dunia yang kurang peduli dengan alam. Aku hanya bisa melengos menantikan bagaimana berpuluh tahun ke depan.

Aku hanya ingin melihat pelangi dan awan. Aku ingin melihat halo yang kadang ada bersama si bulat bulan purnama di langit malam yang cerah. Aku ingin merasakan angin itu menamparku lagi. Aku ingin kembali ke masa lalu.

Kenyataan pahit yang kini sedang kualami. Setidaknya itulah yang aku pikirkan. Kamu? Apa yang  kau pikirkan? Apakah berpikiran sama denganku?