Tuesday, November 23, 2010

Hei, Orang Besar . . .

Hei, orang besar...

Aku sangat iri padamu

Dengan apa yang kau lakukan

Dengan apa yang kau pikirkan

Kau begitu sempurna di setiap kesempatan

Kau buatku iri

Hei, orang besar...

Aku sangat mengagumimu

Di setiap waktu

Di setiap tempat kau bernaung

Di setiap peristiwa yang kau ada

Kau buatku kagum

Hei, orang besar...

Apa kau tahu setiap orang menyukaimu

Setiap orang iri padamu

Setiap orang kagum padamu

Terlebih aku

Hei, orang besar...

Apa kau tahu semua perasaan itu berubah

Seperti ulat yang menjadi kupu-kupu

Seperti bunga kuncup menjadi mekar

Seperti kesulitan berbuah keberhasilan

Semuanya indah, bukan

Itu yang sedang kurasakan

Cinta atau kagum...

Aku tak peduli keduanya

Yang kurasakan hanya kebahagiaan

Ketika melihatmu

Berbicara denganmu

Atau berada di sampingmu

Hei, orang besar…

Wednesday, November 10, 2010

Sayang . . .

Pagi ini aku tak lihat dia

Padahal aku ingin sekali melihat dia

Sayang…

Siang hari aku lihat dia

Betapa khasnya dia

Sampai-sampai hanya lihat tasnya

Aku tahu kalau itu dia

Aku hanya lihat dari kejauhan

Walau begitu aku sangat bahagia

Lalu dia menghilang

Sayang…

Aku hanya berpikir kalau dia pulang

Tapi Tuhan memang sayang

Aku lihat dia kedua kalinya

Kali ini lebih dekat

Sampai-sampai aku malu karenanya

Perasaanku senang tak keruan dibuatnya

Jantungku berdetak kencang tak hentinya

Namun aku harus pergi, sayang…

Aku harus puas lihat dia di kejauhan

Untuk kedua kalinya

Saturday, November 6, 2010

In This Time . . .

Rasa kagum itu…

Aku berusaha menyembunyikannya

Aku berusaha memendamnya

Aku berusaha menyimpannya

Namun semua itu sia-sia

Kini ada seorang yang mengagumimu

Mengusikku sampai aku merana

Sehingga membuat…

Apa yang ku dengar selalu menyakitkan

Apa yang ku lihat selalu memprihatinkan

Apa yang ku cium selalu menyesakkan

Apa yang ku rasa selalu pahit

Apa yang ku pegang selalu hancur

Apa yang ku jalani selalu salah

Apa yang ku rasakan selalu sakit

Apakah karena dirinya

hingga membuatku begitu tak berarti lagi di matamu

Apakah karena dirinya

hingga membuatmu memandang sama antara aku dan dirinya

Apakah karena dirinya

yang membuat kita semakin jauh satu sama lain

Aku…

Sendiri

Monday, November 1, 2010

Aku, Ayahku, Ibuku . . .

Aku adalah bukti cinta ayah dan ibuku.

Aku adalah anugerah terindah yang pernah dimiliki ayah dan ibuku.

Aku adalah bagian dari keluarga.

Aku merasa tidak punya arti apa-apa tanpa ayah dan ibuku di sampingku.

Aku adalah bagian dari hidup ayah dan ibuku yang takkan pernah mereka lupakan selama ayah dan ibuku menikmati alunan nafasnya.

Aku adalah jembatan ayah dan ibuku dalam menggapai surga…

Senyum ibuku adalah bukti bahwa aku hidup.

Senyum sedih ibuku membuat aku merasa ada segudang kesalahan yang pernah kulakukan.

Senyum manis ibuku kurasakan begitu banyak keberhasilan yang telah kulakukan, yang membuat dia bangga padaku…

Wajah ayahku adalah sumber inspirasiku.

Tatapan ayah dan ibuku membuat aku berpikir,

bahwa aku akan melakukan apa saja sesuai dengan segala kemampuanku,

untuk mencapai tujuan hidupku…

Semoga kehadiranku,

betul-betul menjadi jembatan bagi ayah dan ibuku

untuk mencapai surga.

Itulah do’aku.

Terima kasih…

source : Pak Muharman'07

We are too Far, aren't We ?

Kita jauh banget ya?

Seperti langit dan bumi.

Bukan karena kita terus bertengkar, ataupun tidak cocok satu sama lain.

Tapi terlebih karena kita tidak pernah berbicara satu sama lain.

Itulah yang membuat aku merasa jauh darimu.

Aku tidak pernah bisa membaca apa yang kau lihat atau rasakan.

Karena kau terlihat menutupi diri dengan sangat baik.

Seakan tidak mengizinkan satu orang pun mengetahui dirimu lebih jauh.

Aku merasa kita jauh sekali bagai langit dan bumi.

Aku pernah mengeluhkannya.

Aku pernah menangis karenanya.

Aku pernah takut kau tak pernah tahu aku, bahkan namaku.

Namun dibalik itu, aku bersyukur kepada Tuhan yang sudah memberiku perasaan ini terhadapmu.

Aku bersyukur karena dengan begitu aku bisa mengawasimu dari jauh tanpa perlu takut ketahuan.

Aku bisa mengagumimu tanpa perlu kau merasa.

Aku bisa selalu tersenyum atau tertawa begitu melihatmu tanpa perlu kau melihatnya.

Aku bersyukur karena aku memendamnya di hati ini.

Setiap kali aku memikirkan kenyataan itu, sering kali aku menangis.

Protes karena tak diberi izin untuk mengenalmu lebih jauh.

Aku kesal terhadap diriku yang tak bisa memberanikan diri untuk berbicara padamu, walau itu hal yang sangat kecil.

Kita jauh banget ya?

Aku sampai mengibaratkan, ketika aku berlari mengejarmu aku tak pernah sampai di hadapanmu.

Padahal jarak kita cuma beberapa langkah.

Ternyata kita memang jauh

Sampai-sampai aku tak pernah berpikir kalau sebentar lagi kau akan pergi dari hadapanku.

Tempat kita akan berbeda.

Apakah aku bisa menerimanya?

Aku tak tahu.

Aku tak pernah memikirkannya karena aku takut.

Takut kehilanganmu.

Ketika seorang yang dulu pernah membuatku kagum pergi, aku tidak takut karena aku merasa masih mempunyai dirimu di sini.

Namun, apakah benar aku diberi kesempatan untuk merasakan hal yang sama nanti?

Sekali lagi aku menjawab, aku tak tahu…