Wednesday, August 18, 2010

J a u h . . .1


Semua yang aku tulis di bawah adalah benar
dan berasal dari sesuatu yang disebut hati.
Tulisan ini hanya untuk diriku dan seseorang
yang aku harap akan terus selamanya tersenyum sebagaimana ketika ia bahagia.
Aku berterima kasih padanya.
Karenanya aku tak kan mendapatkan pelajaran hidup tentang cinta
yang menyenangkan atau begitu menyakitkan hingga membuatku lelah
untuk menangisinya.
Terima kasih kak,
tanpa kakak aku ga akan pernah belajar.
Semoga ini pengalamanku yang hasilnya bisa aku amalkan.(f)


AKU ingat, hari itu, hari minggu, 9 Juli 2010 aku bangun pagi untuk dua hal. Pertama, untuk menghadiri ekskul ballet persiapan untuk audisi. Dan kedua, ikut beladiri kendo. Awalnya aku bingung. Gimana caranya hadir dalam dua kegiatan tersebut. Aku memutuskan untuk menghadiri ballet dulu. Ketika mengetahui bahwa ballet ngaret, aku dan teman-temanku yang lain – yang tertarik masuk kendo juga – masuk ke ruangan tempat beladiri kendo diadakan. Untungnya masih acara perkenalan, jadi belum telat banget. Di acara perkenalan itu, bagi kami yang pernah belajar kendo sedikit harus unjuk diri di depan kelas. Oh my God! Pelajaran pertamaku dengan Fujii Sensei pun diuji. Deg-degan. Aku langsung unjuk kebolehan. Walaupun agak terhuyung-huyung namun aku bisa. Salah seorang kakak kelas menghampiriku. “Pernah ikut kendo sebelumnya?” tanyanya sopan. “Hmm… sedikit. Tapi langsung keluar.” Jawabku. Mungkin mukaku memerah. Duuh, lucu banget sih tampangnya. Batinku. “Ooh..” katanya lagi. Acara perkenalan dan unjuk kebolehan pun selesai. Para kakak kelas memperkenalkan diri masing-masing. Ooh… nama kakak itu Ryu. Kita manggilnya Ryu senpai. Tapi sayangnya, dia udah senior akhir. Yaah… Cuma setahun dong kenalannya. Pikirku. Kecewa sih! Tapi ga pa-pa.


Pelajaran pertama yang kita pelajari adalah ashi-sabaki (teknik melangkah), ayumi-ashi (melangkah ke depan dengan menyeretkan kaki secara bergantian), haraki-ashi (melangkah ke kiri atau ke kanan dengan menyeretkan kaki sebesar 45 derajat), dan okuri-ashi (melangkah ke depan dengan menyeretkan kaki; kaki kanan selalu berada di depan kaki kiri.). Huh, untung aku pernah belajar sama Fujii Sensei, jadi udah punya bekal. Mungkin karena mengetahui aku pernah belajar kendo sedikit, dia tertarik denganku. Aku pun juga begitu. Baru kali ini aku melihat dan mengetahui ada cowok yang gila kendo sama seperti aku. Aku sering bertanya dengannya dalam kelas kalau ada gerakan yang aku ga ngerti atau aku ga bisa. Dan dia dengan senang hati menjawabnya. Di tengah pelajaran, kak Arisa, ketua ballet, manggil aku dan teman-teman yang ikut ballet. Kami meminta diri kepada para senpai. Ryu senpai mengucapkan terima kasih kepada kami dan meminta kami datang di minggu depan. Kalo aku bisa ya, senpai, jawabku.


Minggu depannya, 16 Juli 2010, ada audisi ballet. Pas banget sama kendo. Jadi ga enak hati sama para senpai-nya. Ketika aku dan Miho sedang jalan-jalan di lapangan, kami berpapasan dengan para senpai. Dan kebetulan Ryu senpai berjalan di sampingku tapi berlawanan arah denganku. Aduuh… ga enak nih. Ga nyaman banget perasaanku. Pengen ngajak ngomong tapi takut. Malu, karena dia kan cowok. Aku ga biasa nyapa cowok duluan. Ya udah deh lewat aja! Gomen ne senpai!!


Beberapa hari berlalu. Liburan musim panas pun datang membawa keceriaan bagi semua murid di seluruh sekolah. Tanggal 29 Juli 2010 aku kendo. Senpai yang datang sedikit banget. Cuma ada Ryu senpai, Shin senpai dan Akira senpai. Di hari itu aku ga merasa perasaan sedikit pun terhadapnya. Dan dia caper banget. Dia mebuat gerakan menangkis yang sulit dengan pedang bambunya. Berharap cewek-cewek yang ada di ruangan itu terpukau dan terpesona melihatnya. Aku juga baru tahu di hari itu kalo dia anak basket. Tapi karena dia udah di tingkat akhir, ekskul itu dia lepas. Oh ya, aku juga ingat kejadian itu. Aku, Himawari, Tsubaki dan Yuri duduk berdekatan. Ryu senpai nyamperin kita. Saat itu ditugasin gerakan okuri-ashi. Kebetulan aku ga bisa, jadi yaa aku main-main aja sama pedang bambunya. ”Sekarang jam berapa?” tanyanya. Aku tahu dia ada bertanya, dan aku menoleh ke arah jam. Tapi aku ga ngasih jawaban. Dan ga ada satu pun dari kami yang menjawab. Entah karena dia kesel ga dijawab atau karena ga mau ganggu, dia pun pergi dan bertanya kepada temannya. Kemudian Tsubaki nanya, “tadi senpai nanya ke kita ya?” kami semua hanya nyengir sambil cengengesan. “Iya, tapi ga ada yang jawab. Kasian banget dah!” kata Yuri. Kami pun cekikikan karenanya. Aku juga melihatnya di depan kelas bersama Shin senpai sedang latihan. Mereka ketawa-ketawa dengan kelakuan mereka sendiri.


Malam tiba. Saatnya makan malam. Aku memesan ramen. Begitu juga yang lain. Gara-gara ramen itu uangku ambles. Cuma cukup buat ongkos! Huh… Terus, anak-anak kendo kan berencana latihan bareng sama kendo sekolah lain dan masing-masing dari kita harus nyicil per pertemuan 20 Yen. Karena udah dua pertemuan aku ga hadir, jadinya bayar 40 Yen. Uangku Cuma ada 50 Yen, ya udah nanti aja kembalinya. Kataku ke Ryu senpai. Di akhir pertemuan, aku meminta kembalian. Dikasihnya yang jelek pula! Iikh… tapi aku merasa dia agak sok cool gimanaa gitu, dan mukaku memerah. Oh no! Dan di hari itu juga aku jadi membenci Ryu senpai TANPA alasan.


bersambung . . .

No comments:

Post a Comment